Selasa, 24 September 2013

Senin, 23 September 2013

Pippo Inzaghi

Filippo "Pippo" Inzaghi  (lahir di Piacenza9 Agustus 1973) adalah seorang pemain sepak bola Italia yang berposisi sebagai penyerang . Julukannya adalah Pippo atau Superpippo. Saat ini ia sudah pensiun dan menjadi pelatih di salah satu tim junior A.C. Milan. Ia adalah pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah kompetisi Eropa (70 gol), sebelum rekornya disamai oleh Raúl González.

Ia juga adalah pencetak gol terbanyak untuk A.C. Milan di kompetisi internasional dengan 43 gol, dan pemain yang paling sering mencetak Hattrick di pentas Serie A (10) dan di Liga Champions (3 - sama dengan Michael Owen)

Inzaghi juga satu-satunya penyerang yang bisa mencetak gol di semua kompetisi yang diikuti oleh klub dari eropa, setelah dua gol yang ia sarangkan ke gawang Boca Juniors pada final Piala Dunia Antarklub tahun 2007.

Setelah 4 musim bersama Juventus dengan torehan 89 gol dari 165 partai, inzaghi tersingkir oleh David Trézéguet. Lalu pelatih MilanFatih Terim menyelamatkan kariernya dengan membelinya dengan transfer sebesar 70 milliar Lira(45 juta Euro) plus Christian Zenoni pada bursa transfer musim 2001/2002. (Sky Sports reported a smaller total figure, £17M

Pihak manajemen Juventus mengumumkan penjualan inzaghi memberikan profit €31 Juta bagi mereka. Namun pada musim tersebut, inzaghi cedera dan absen hampir setengah musim. Hanya 10 gol yang ia cetak, dan Milan tersingkir di Piala UEFA.

Musim 2002-2003 adalah musim yang baik untuk Super Pippo, selain karena Milan menjuarai Liga Champions danPiala Italia, ia juga menorehkan rekor dengan menjadi pemain pertama yang mencetak 3 kali hattrick di Liga Champions. Terasa lebih spesial lagi karena Inzaghi mengalahkan bekas klubnya, Juventus, di partai final. Ia dan tandemnya, Andriy Shevchenko adalah duet yang disegani. Inzaghi sendiri mencetak 30 gol di semua kompetisi musim tersebut.

Dua musim setelahnya, Inzaghi lebih banyak berkutat dengan cedera. Namun ketika pulih, ia tak butuh waktu lama untuk kembali mencetak gol. Di Serie A ia berhasil menjaringkan bola 12 kali dalam 23 pertandingan, dan 4 gol dalam lima partainya di Liga Champions.
Tahun berikutnya, Inzaghi ikut berperan mengantar Milan menjuarai Liga Champions dengan mengalahkan Liverpooldengan skor 2-1. ia mencetak 2 gol, dan setelah pertandingan ia berkata:
"Saya bermimpi mencetak dua gol pada final, dan dua gol yang saya cetak
 adalah hal yang paling penting dalam hidup saya. Ini adalah pertandingan yang tidak akan terlupakan. (pertandingan) Ini adalah sesuatu yang akan ada selama hidup saya dan dua gol di final ini berbicara dengan sendirinya." kemenangan ini sekaligus membalas kekalahan Milan pada musim 2004-2005, dimana Liverpool menjadi juara melalui adu penalti setelah 90 menit skor sama kuat 3-3.

La Bandiera

  Air susu dibalas dengan air tuba. Itulah ungkapan yang sesuai terhadap perlakuan yang ditunjukkan oleh tifosi garis keras AC Milan kepada Paolo Maldini pada saat meladeni partai terakhirnya di San Siro melawan AS Roma. Betapa tidak? Dedikasinya terhadap Milan yang sarat dengan tinta emas selama 24 tahun, seakan tak membekas di hati para kelompok garis
keras supporter AC Milan, atau yang lebih dikenal dengan Curva Sud Milano.
  Bentangan spanduk yang menyindir dan teriakan yang mencemooh saat Maldini melakukan salam perpisahan mengeliling stadion menodai partai perpisahan Il Bandiera.
Maldini pantas kecewa dan marah terhadap fans yang tidak tahu diri itu. Untungnya Maldini cukup berlapang dada, dengan menyatakan bahwa dia bukan termasuk bagian dari kelompok tersebut.
  Akhirnya saat melawat di Artemio Franchi, peristiwa di San Siro terhapus oleh perlakukan public Firenze. Seisi stadion yang didominasi warna ungu ini memberikan standing aplaus kepada Paolo Maldini. Begitulah perlakuan yang pantas dan seharusnya didapat oleh seorang Maldini. Perlakuan tifosi Fiorentina menggambarkan betapa publik Italia sangat menghormati pemain yang bernomor punggung 3 ini.
   Meski Maldini tercatat sebagai pemain AC Milan, tetapi berkat kehebatan juga dedikasinya terhadap persepakbolaan Italia membuat Maldini menjadi milik lintas tifosi. Masih ingat pada laga derby della madonnina terakhirnya? para interista di Curva Nord secara khusus memberikan penghormatan kepada Il Capitano dengan isi pesan dari banner yan g dipampang di tribun utara stadion San Siro.
Penghormatan terakhir Maldini sendiri tidak hanya di Italia saja. Para penggemarnya dari berbagai dunia juga turut tak ketinggalan memberikan penghormatan terhadap dedikasinya.